23 Agustus 2025

GMNI Surabaya Klarifikasi Isu Dukungan, Tegaskan Komitmen pada Kader Terbaik

Memanasnya Kongres XXII GMNI

Surabaya – Menjelang Kongres XXII Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), dinamika internal organisasi kembali menjadi perhatian publik. DPC GMNI Surabaya akhirnya angkat bicara terkait isu yang menyebutkan bahwa mereka telah memberikan dukungan kepada Sujahri Somar sebagai calon ketua umum.

Melalui pernyataan resmi yang disampaikan oleh Sekretaris DPC GMNI Surabaya, Alfito Rafif, pihaknya menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar dan menyesatkan. Dukungan resmi, kata Fito, tetap diarahkan kepada Muhammad Risyad Fahlefi, seorang kader unggulan asal Surabaya.

“Keputusan ini telah diambil dalam Rapimcab pada 22 Juni 2025 bersama 21 komisariat. Kami mendukung penuh kader terbaik Surabaya,” ujarnya tegas.

Sosok Risyad Fahlefi: Kader Muda, Cerdas, dan Loyal

Muhammad Risyad Fahlefi bukan nama asing di lingkungan GMNI Surabaya. Ia dikenal aktif dan konsisten dalam berbagai agenda ideologis maupun gerakan sosial kemahasiswaan. Dalam forum Rapimcab, Risyad dianggap sebagai representasi ideal kader GMNI yang memiliki integritas, intelektualitas, serta komitmen kebangsaan.

“Risyad adalah contoh kader militan yang tumbuh dari bawah. Ia bukan hanya loyal, tapi juga memahami doktrin marhaenisme secara utuh,” lanjut Fito.

Isu Calon Drop Out: Integritas Kepemimpinan Dipertanyakan

Dalam klarifikasinya, DPC GMNI Surabaya juga secara tegas menolak calon ketua umum yang tidak memiliki rekam jejak akademik dan organisatoris yang baik. Meski tidak menyebut nama secara langsung, pernyataan ini mengarah pada Sujahri Somar yang disebut-sebut tidak menuntaskan pendidikan tingginya.

“Bagaimana bisa memimpin GMNI jika tak tuntas dengan dirinya sendiri?” ucap Fito dengan nada tajam.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa bagi DPC Surabaya, integritas dan kapabilitas akademik tetap menjadi prasyarat utama dalam memilih pemimpin.

Dugaan Pencurian Surat Rekomendasi: Organisasi Diguncang

Situasi semakin kompleks ketika Fito menyampaikan bahwa surat rekomendasi yang semula ditandatangani oleh Ketua DPC Dhipa Satwika untuk mendukung Risyad, diduga dicuri. Fito menyebut, Dhipa bersama pengurus lainnya, Michael Widiyanto, menghilang selama beberapa hari setelah membawa surat itu.

“Surat itu tidak pernah dibatalkan secara resmi. Tapi mereka menghilang dan muncul dengan rekomendasi baru untuk calon lain tanpa rapat organisasi,” jelasnya.

Tindakan ini dinilai sebagai pelanggaran berat terhadap prinsip kolektif kolegial dalam struktur organisasi GMNI.

Langkah Tegas: Menyelamatkan Marwah Organisasi

DPC GMNI Surabaya mengaku tidak tinggal diam atas tindakan yang dinilai mencederai etika organisasi. Alfito menyatakan pihaknya akan segera mengevaluasi posisi Dhipa Satwika sebagai Ketua DPC.

“Ini adalah bentuk penghianatan terhadap organisasi dan keputusan bersama. Kami akan ambil langkah cepat menyelamatkan DPC dari krisis kepemimpinan,” tegasnya.

Konteks Kongres: Ujian Konsolidasi atau Pecahnya Faksi?

Kongres XXII GMNI semula diharapkan menjadi momentum konsolidasi ideologi dan penguatan agenda kebangsaan. Namun, berbagai konflik internal yang mencuat justru menunjukkan gejala fragmentasi yang semakin tajam.

Mulai dari forum ilegal, tudingan intervensi pihak luar, hingga manipulasi surat dukungan seperti yang terjadi di Surabaya, menunjukkan adanya krisis serius dalam tubuh organisasi mahasiswa nasional ini.

Tantangan GMNI: Memulihkan Etika dan Kaderisasi

Isu yang terjadi di DPC Surabaya hanyalah puncak dari gunung es persoalan yang tengah dihadapi GMNI secara nasional. Jika tak ditangani dengan serius, GMNI bisa terjebak dalam siklus perebutan kekuasaan tanpa orientasi ideologis.

“Kami ingin mengembalikan GMNI ke khitah-nya. Ini bukan soal siapa yang menang di kongres, tapi siapa yang layak membawa marwah perjuangan kaum marhaen,” tutup Fito.

Klarifikasi sebagai Langkah Awal Reformasi Internal

Klarifikasi yang disampaikan oleh DPC GMNI Surabaya merupakan sinyal penting bahwa kader-kader di daerah masih menjaga idealisme dan integritas organisasi. Dukungan terhadap Risyad Fahlefi bukan sekadar simbol loyalitas daerah, tetapi juga sebagai upaya menjaga kemurnian nilai-nilai perjuangan organisasi.

Kini, mata publik dan internal GMNI tertuju pada bagaimana pusat organisasi merespon dinamika ini. Apakah akan ada langkah reformasi struktural yang menyeluruh? Atau justru fragmentasi semakin meruncing?

Yang jelas, suara dari Surabaya telah membuka ruang diskusi nasional tentang pentingnya etika, integritas, dan konsistensi dalam kaderisasi gerakan mahasiswa.

More Stories

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *